Showtime Image by yogesh more from Pixabay

chalkboard-620316_1280

Nama #Showtime dipilih karena setiap saat kita tampil. Bukan tampil seapa adanya, namun tampil dalam versi terbaik kita. Bukan tampil untuk menyombongkan diri, namun tampil agar mudah mensyukuri diri, serta bermanfaat bagi yang lain. Bukan tampil berkata kosong, namun tampil bercerita yang bermakna. Setiap detik yang dianugerahkan, perlu dibagikan. Hidup kita adalah pelajaran bagi kita dan bagi yang lain. Cerita kita adalah ilmu bagi kita dan bagi yang lain.

Every second is an opportunity. Everytime is a showtime. Everyplace is a stage.

#Showtime memiliki tiga unsur penting: otentik, relevan, dan cerita. Otentik artinya apa yang kita ekspresikan melalui cerita kita – baik dalam bentuk tutur, sikap badan, intonasi, pilihan topik, cara pandang – mencerminkan kesejatian kita. Otentik menunjukkan kejujuran, dan juga cerminan kesejatian kita. Relevan adalah cara kita menuturkan cerita sehingga ia memberikan manfaat dan makna bagi yang mendengarkan. Dasar dari relevan adalah empati. Jiwa dari relevan adalah pelayanan ke seluruh isi semesta. Pelayanan adalah amalan kita. Pelayanan adalah ibadah kita. Pelayanan adalah bukti keberimanan kita. Karenanya, relevan menuntut adaptasi; menuntut pengorbanan. Relevan meminta kerendahan hati dari kita. Relevan akan menyesuaikan keotentikan kita terhadap para pendengar cerita kita, tanpa mengorbankan keotentikan itu sendiri. Cerita adalah apa yang kita sampaikan dalam #Showtime. Cerita yang kita sampaikan adalah cerita tentang apa yang kita alami – biasa disebut sebagai peristiwa. Peristiwa yang terjadi bisa sama, namun cara pandang kita terhadap peristiwa tersebut berbeda dengan orang lain, karenanya makna dari tiap peristiwa akan berbeda bagi tiap orang.IMG_2214

Keotentikan kita datang bersama asal kita. Ia sudah ada di dalam kita semenjak kita dilahirkan. Sejatinya, keotentikan kita sengaja dititipkan. Cerita disampaikan dalam durasi yang relatif pendek, dan dalam konteks guru mengajar, durasi yang dianjurkan adalah 3 menit, agar tidak mengganggu lamanya jam pelajaran yang telah ditetapkan. Dalam konteks yang lain, maksimum cerita yang bisa disampaikan biasanya dalam kisaran 20 menit – ini merupakan durasi rata-rata orang bisa mendengarkan cerita kita dengan seksama. Darimana bahan cerita didapat? Karena ini adalah cerita kita, tentunya bahan cerita didapat dari pengalaman kita pribadi. Pengalaman ini didapat jika kita senantiasa hadir utuh di setiap momen yang dihadirkan.

Kemampuan melakukan observasi atas semua yang dihadirkan merupakan pintu untuk mendapatkan cerita yang tidak saja menarik, namun juga otentik. Karenanya untuk bisa ber #Showtime, diperlukan kebiasaan untuk melakukan 7 Derap Cahaya dalam keseharian. Bukan kebetulan pengalaman itu dihadirkan. Ia dianugerahkan bagi yang bersengaja hadir.

Pengalaman hanya bisa dibaca oleh mereka yang bersengaja membaca (melakukan observasi) – dengan hati yang jernih, dan bersengaja untuk masuk ke dalam rasa kebersyukuran terlepas dari apapun yang dirasa di hati. Derap-derap tersebut memudahkan dirinya untuk masuk ke dalam nalar yang jernih, yang bisa mengawalnya untuk berlaku dan berupaya secara menyeluruh. Pengalaman akan dilihat sebagai pesan, sebagai makna, dan apapun yang dilakukan, dibawakan sebagai fitrahnya di dunia, dan bukan untuk dituntut akan hasilnya, sehingga akhirnya kita bisa mendapatkan cerita yang maknanya perlu disebarkan.

IMG_2057

IMG_2167IMG_2049IMG_2034IMG_1973IMG_1937

IMG_1994

IMG_1958IMG_1935IMG_1916